@pasarkartupos: Sebuah Adaptasi Usaha dan Keuangan Saat Pandemi

writter Fifi Nurfitrianti

Hidup semua orang sedikit-banyak pasti berubah karena pandemi, begitu pula dengan saya. Sejak Maret 2020, usaha yang biasa saya kerjakan—membuat trip untuk para followers di akun Instagram saya, @kartuposinsta dan @kartupostrip—praktis tidak berjalan lagi.

Sumber pendapatan utama saya tersebut hilang, dan satu-satunya pemasukan aktif yang masuk pada awal pandemi adalah dari pekerjaan lainnya sebagai endorser di media sosial, meskipun jumlahnya jauh berkurang dibandingkan saat sebelum pandemi.

Biarpun sumber penghasilan berkurang drastis, pada saat itu saya tidak langsung panik karena memang memiliki dana darurat yang sudah saya siapkan sebelumnya. Di pikiran saya, yang terpenting tetap bisa sehat, secara fisik maupun mental. Pada akhirnya, karena ketenangan memiliki dana darurat, saya jadi bisa lebih berfokus untuk memikirkan hal-hal apa yang bisa saya lakukan untuk bisa bertahan di saat pandemi ini—yang waktu itu belum terlihat kapan akan berakhirnya.

Beragam usaha saya lakukan untuk “menyelamatkan” keuangan pribadi. Salah satunya, saya meminta cuti beberapa bulan atas cicilan hunian yang sedang saya lakukan. Selain itu, saya juga memindahkan tabungan dana darurat ke Maxi Saver dengan bunga yang lebih besar tapi tetap likuid sehingga gampang dicairkan per bulannya.

@kartuposinsta

Walaupun pandemi, karena masih mendapatkan pemasukan sebagai endorser, saya memutuskan untuk tidak menghentikan investasi setelah memenuhi kebutuhan sehari-hari, tentu dengan jumlah yang disesuaikan. Keadaan yang mengharuskan di rumah saja tanpa pengeluaran untuk traveling atau bersosialisasi sebenarnya sangat membantu hal ini.

Surplus dari pemasukan yang ada terus saya salurkan ke beragam jenis investasi. Selain produk investasi yang sudah saya miliki, saya juga mencari prospek dari produk investasi baru. Karena saya percaya pada peribahasa yang mengatakan agar tidak menaruh telur dalam satu keranjang. Kalau pada tahun 2019 saya lebih banyak berinvestasi di instrumen saham dan properti, pada tahun 2020 investasi saya tambah dengan menabung emas, mencoba P2P lending, serta reksadana. Saya juga memperbanyak portofolio saham supaya lebih beragam.

Baca juga: Mengatur Uang: Refleksi Diri dan Perjalanan Pribadi

Tapi tentu saja, di usia yang masih produktif, saya ingin melakukan sesuatu yang dapat menggantikan pemasukan dari @kartupostrip. Yang tidak terpikirkan, saya kemudian melakukan suatu usaha yang benar-benar baru. Berawal dari keinginan menjual barang-barang masih layak pakai yang tidak saya perlukan lagi, akhirnya saya membuat akun baru bertajuk @pasarkartupos buat dilirik para followers. Namun, lama-lama usaha di @pasarkartupos ini malah akhirnya berkembang menjadi bisnis hamper makanan pada bulan Ramadan.

Kondisi PSBB yang membuat banyak orang tinggal di rumah menimbulkan kebutuhan yang tinggi akan delivery makanan. Saya berusaha kreatif dengan menggabungkan beberapa jenis makanan berbeda, menghadirkan porsi buat mereka yang tinggal sendirian, sampai membawa vendor dari kota Bandung buat dihadirkan di ibu kota. Followers ternyata menyambut dengan baik hamper-hamper yang ditawarkan hingga akhirnya bisnis online hamper ini berlangsung sampai setengah tahun lamanya, dengan melibatkan banyak UMKM lokal.

Baca juga: Jajan dalam Era Pandemi COVID-19

Selama melakukan usaha hamper, saya juga memikirkan hal-hal apa lagi yang kiranya bisa menarik pembeli di masa pandemi ini. Karena bisnis utama saya bergerak di bidang travel, yang terpikirkan adalah sesuatu yang bisa sedikit mengobati kekangenan pada traveling. Dengan keadaan di rumah saja terus dan keinginan memperindah apartemen, akhirnya kedua ide tersebut melahirkan peta-peta kota dunia untuk dijadikan dekorasi. Peta ini hadir lengkap dengan rekomendasi tempat-tempat dari pengalaman saya pribadi.

Tidak disangka, peta-peta dari kota dunia (New York, Tokyo, London, Jakarta) yang saya jual selama 4 bulan berturut-turut memberikan penghasilan yang lebih dari cukup. Selain itu, proses pembuatannya bersama ilustrator (yang mengingatkan saya akan memori traveling di tempat-tempat tersebut), melihat hasil jadinya, lalu dibeli orang lain, hingga dipajang di rumah mereka menimbulkan kepuasan yang tidak ternilai harganya.

@pasarkartupos

Sampai saat ini, saya terus berusaha mengembangkan produk-produk di @pasarkartupos. Mulai dari hamper makanan, peta dekorasi, yang kemudian berkembang lagi menjadi merchandise kaus, notebook, dan tumbler. Tidak tertutup kemungkinan akan ada produk merchandise lain hasil perkembangan dari produk saat ini maupun dengan desain baru, yang akan ditawarkan @pasarkartupos.

Supaya tetap kreatif dan punya kesibukan, saya terus mengeksplor kemungkinan bisnis lain yang bisa saya jalani. Seperti saat menulis artikel ini, saya sedang mengunjungi keluarga di Amerika, otomatis produk hamper dan merchandise diliburkan. Sebagai gantinya, yang bisa saya lakukan adalah membuka jasa titipan berbagai jenis barang dari negara ini.

Baca juga: Lakukan Side Hustles Agar Impian Cepat Tercapai

Sambil mengembangkan produk dan jenis usaha yang saya lakukan, saya juga berusaha belajar menjadi penjual yang lebih baik dengan belajar cara meletakkan iklan online, menjadi power merchant dengan memberikan fasilitas bebas ongkos kirim, sampai mengikuti virtual market yang ada. Semua hal ini saya lakukan untuk berkembang, terus belajar, tidak terjebak dalam comfort zone, sambil tentunya terus menjaga pemasukan.

Pada akhirnya, selain periuk nasi yang tetap aman, kesehatan mental saya—dengan tetap berkreasi sekecil apa pun di masa seperti ini—mudah-mudahan tetap terjaga.


Artikel ini ditulis oleh Kenny Santana, teman Jenius yang merupakan seorang content creator, pebisnis, dan pemilik akun @kartuposinsta. Cek artikel dari guest writer-guest writer lain pada laman Jenius Blog.
Ilustrasi pada artikel ini merupakan karya Amalia Dian Utami (@ailamanaid), teman Jenius yang merupakan freelance illustrator dari Yogyakarta.

Artikel lainnya