Saya ingat saat pertama kali membeli rumah tahun 2014 silam. Sebagai pasangan yang baru saja menikah dan memiliki banyak kebutuhan, membeli rumah adalah perkara besar yang cukup menyita pikiran. Perkaranya tak lain tidak bukan adalah kewajiban untuk menyisihkan pendapatan setiap bulan untuk KPR (Kredit Pemilikan Rumah) yang mau tidak mau… ya harus mau dilakukan.
Waktu itu, kami harus memutar otak, mencari cara bagaimana agar sisa penghasilan setelah dipotong angsuran KPR cukup untuk kehidupan sehari-hari. Sekarang, saya mengenang masa-masa itu sebagai masa pengorbanan, masa-masa yang membuat haru biru tapi akhirnya membuat kami berhasil punya rumah sendiri.
Beranjak ke tahun 2016, saya bertemu dengan Jenius yang baru rilis dan mulai diperbincangkan di media sosial. Saya yang kala itu sedang berbelanja di Bintaro Jaya Xchange Mall akhirnya melakukan registrasi. Setelah menjadi pengguna Jenius selama beberapa waktu, saya dan istri merasakan manfaatnya langsung.
Jenius memudahkan kami mengalokasikan porsi keuangan untuk keperluan rumah. Adanya fitur Dream Saver juga meredefinisikan usaha-usaha kami memiliki rumah. Kami berusaha melunasi KPR secepat mungkin, berbarengan dengan kenaikan gaji yang saya terima. Dream Saver yang ada di Jenius membantu kami melakukan splitting penghasilan serta tabungan dengan lebih mudah dan praktis.
Baca juga: Cara Mudah Menabung dengan 3 Fitur Save It
Tak ada tips istimewa untuk melunasi kredit rumah secepat mungkin selain banyak-banyak berkorban dan mengerem pengeluaran. Taktik kami berdua mudah saja: kami menggunakan rasio penghasilan dan yang penghasilannya lebih besar langsung ditabung.
Karena kala itu penghasilan saya lebih besar, maka penghasilan saya seluruhnya dimasukkan ke tabungan. Sementara itu, seluruh kebutuhan hidup sehari-hari dan beragam pengeluaran rutin menggunakan penghasilan istri.
Di saat yang sama, saya memiliki beberapa proyek sampingan dengan penghasilan lumayan. Di luar pekerjaan utama, saya mengajar, menulis artikel, berjualan, hingga menjadi makelar. Seluruh pendapatan dari proyek sampingan langsung masuk ke tabungan, tidak ada yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.
Baca juga: Lakukan Side Hustles Agar Impian Cepat Tercapai
Demikian pula dengan bonus pekerjaan dan THR (Tunjangan Hari Raya). Dua penghasilan tahunan ini juga langsung masuk ke rekening tabungan. Bagi kami berdua, sayang jika uang tersebut digunakan untuk konsumsi. Walhasil, tabungan untuk pelunasan rumah menggemuk dengan cepat.
Jika dari sisi pendapatan kami disiplin mengalokasikan pendapatan dan tabungan, maka dari sisi pengeluaran kami berusaha tertib dan disiplin setiap mengeluarkan uang. Hal pertama dari sisi pengeluaran yang dilakukan adalah mereduksi banyak sekali pengeluaran yang tidak perlu.
Tidak ada pengeluaran untuk hura-hura yang berlebih, tidak ada pengeluaran untuk beli gawai yang tidak perlu, dan tidak ada pengeluaran untuk pengeluaran tidak penting lainnya. Segala pengeluaran yang kami lakukan harus diperhitungkan masak-masak dengan detail. Misalnya, saya yang seorang movieholic harus mengurangi frekuensi nonton film—hanya yang benar-benar box office yang ditonton di bioskop.
Waktu itu, saya dan istri sampai berseloroh, "Begini amat mau melunasi rumah." Tetapi, nyatanya pengorbanan tersebut berhasil. Pada akhir tahun 2018 saya mendapatkan notifikasi mengenai sisa nominal KPR yang harus dilunasi. Dan rupa-rupanya, segala dana yang kami kumpulkan sejak 2014 akhirnya cukup untuk melunasi KPR!
Berkat kedisiplinan, kami bisa melunasi rumah dengan lebih cepat. Saya tidak menyangka bahwa ide melunasi pokok utang dengan alokasi pendapatan dan disiplin pengeluaran bisa membuat kami melunasi keseluruhan KPR hanya dalam waktu 4 tahun—dari yang seharusnya 15 tahun.
Baca juga: Financial Checkup: Keuangan Gak Sehat Karena Cicilan Rumah
Dari pengalaman tersebut mungkin tergambar, kami memang sedikit konservatif soal pelunasan KPR dan kepemilikan rumah. Bagi kami, tidak punya utang akan lebih baik dan memegang sertifikat rumah atas nama sendiri itu bisa jadi kelegaan. Rasanya, kepemilikan rumah adalah sesuatu pencapaian besar bagi kami berdua yang hanya bekerja sebagai ASN (Aparatur Sipil Negara).
Pelajaran dari bagaimana usaha-usaha yang kami lakukan saat memiliki rumah pertama kali adalah soal kedisiplinan menyisihkan penghasilan. Bertahun-tahun mengerem beragam godaan gaya hidup juga menjadi kunci keberhasilan melunasi KPR dengan cepat.
Kami pun sadar dan sempat berseloroh, betapa tidak gaul dan tidak relevannya kami dengan tren pada saat itu! Bukan kami antitren, tetapi karena memang tidak ada budget yang bisa kami sisihkan—mengingat adanya prioritas utama melunasi KPR.
Terakhir, menurut kami kunci keberhasilannya adalah memilih jasa keuangan yang tepat untuk mengatur tabungan. Dengan Jenius dan fitur Dream Saver-nya, saya dan istri bisa lebih leluasa mengalokasikan seberapa besar porsi dana yang bisa kami sisihkan untuk meraih tujuan kami berdua.
Dus, dengan segala macam pengorbanan yang dilakukan, melunasi KPR dengan cepat bukan hal yang mustahil. Saya dan istri membuktikan bahwa dari 15 tahun jangka waktu KPR, kami berdua bisa menemukan cara untuk melunasinya dalam 4 tahun saja.
Artikel ini ditulis oleh Farchan Noor Rachman, teman Jenius yang merupakan seorang ASN dan content creator. Cek artikel dari guest writer-guest writer lain pada laman Jenius Blog.
Ilustrasi pada artikel ini merupakan karya @garisinau, teman Jenius yang merupakan freelance illustrator.