BI Rate Naik? Ini Tips Buat Kamu dalam Memilih Reksa Dana

writter Wealth Management

Kamu pernah dengar istilah suku bunga acuan atau BI rate 

Secara sederhana, BI rate merupakan suku bunga acuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI). Dalam bahasa Inggris, hal ini kerap disebut benchmark rate atau policy rate.  

Suku bunga acuan menentukan tingkat suku bunga yang diterima oleh pihak bank saat menyimpan dana bank sentral dan suku bunga saat pihak bank meminjam, baik langsung ke bank sentral maupun ke ke pihak bank lain. 

Nah, hal-hal tersebut berpengaruh ke suku bunga tabungan maupun kredit nasabah, termasuk kamu Selain ke simpanan dan pinjaman, BI rate yang risk-free juga berdampak pada harga dan yield (imbal hasil) obligasi.  

Pergerakan suku bunga ini penting untuk diperhatikan, terutama bagi kamu yang berinvestasi di reksa dana. Arah pergerakan suku bunga acuan akan berpengaruh terhadap portofolio investasi reksa dana tertentu. 

Ketika BI Rate Naik

Baru-baru ini, Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan, BI 7-day reverse repo, menjadi 6,25%—titik tertinggi sejak pertengahan 2016—guna mengerem penurunan rupiah serta saham dan obligasi di pasar modal.  

Kenaikan BI rate dipengaruhi beragam hal, dari mulai tingkat inflasi dalam negeri hingga situasi pasar keuangan global. Dengan adanya kenaikan ini, diharapkan bisa mendorong arus modal asing masuk ke pasar modal, sehingga tekanan terhadap rupiah bisa berkurang.

Beberapa pakar bahkan memprediksi BI rate bisa naik lagi ke level 6,50% di tengah ketidakpastian kebijakan moneter Amerika Serikat yang berimbas negatif (risk off) terhadap mata uang dan pasar keuangan berbagai negara berkembang.     

Biar teman Jenius gak kaget setiap ada kenaikan BI 7DRR, Jenius bantu jelaskan hubungan suku bunga acuan dan nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana ya. Yuk, simak di sini! 

Reksa Dana yang Diuntungkan: Pasar Uang

Pergerakan suku bunga acuan menjadi referensi pihak perbankan dalam menetapkan suku bunga pinjaman serta suku bunga simpanan. Ketika Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan, maka bank juga akan menaikkan suku bunga pinjaman serta deposito.  

Kinerja reksa dana pasar uang akan terpengaruh positif karena sebagian besar dana kelolaan ditempatkan di aset seperti deposito, Sertifikat Bank Indonesia, Sertifikat Perbendaharaan Negara, serta obligasi dengan waktu jatuh tempo kurang dari setahun.

Reksa Dana yang Relatif Tertekan: Pendapatan Tetap & Campuran

Tingkat suku bunga memiliki hubungan terbalik dengan harga obligasi. Jika suku bunga naik, maka harga obligasi akan turun, begitu pula sebaliknya. Nah, pergerakan suku bunga akan berpengaruh terhadap imbal hasil dari reksa dana yang menempatkan dananya di obligasi, yaitu reksa dana pendapatan tetap dan reksa dana campuran.  

Karena ketika suku bunga naik, harga obligasi akan turun sehingga NAB reksa dana jenis ini juga akan turun. Sebaliknya, ketika suku bunga turun, maka harga obligasi akan naik sehingga harga reksa dana tersebut juga akan meningkat. 

Bagaimana dengan Reksa Dana Saham?

Suku bunga acuan punya dampak beragam ke reksa dana saham; tergantung sektor usaha, konsentrasi, serta saham-saham individual yang ada di dalam sebuah produk. Meski imbas ke reksa dana saham bisa beragam, tujuan Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas kurs cenderung punya dampak positif terhadap pasar saham dalam negeri.  

Konsisten Berinvestasi

Setelah memperhatikan poin-poin di atas, kamu bisa memahami bahwa pergerakan suku bunga juga dapat memengaruhi tingkat risiko dan volatilitas reksa dana. Cara bijak menyikapi volatilitas pasar sebenarnya sederhana: adaptasi alokasi investasimu dan tetap berinvestasi secara kontinu. 

Nah, kalau sudah tau korelasi di antara suku bunga acuan dan NAB reksa dana, kamu bisa lebih tenang dalam menentukan strategi investasi. 

Di tengah tren kenaikan BI rate, kamu juga bisa mempertimbangkan untuk menambah alokasi investasi di reksa dana pasar uang dan reksa dana saham. Intinya, sesuaikan dengan tujuan investasi serta profil risikomu ya!  

Untuk investasi reksa dana dengan simpel, kamu bisa buka aplikasi Jenius, pilih Wealth, lalu buka menu Investment. Ada 20 produk reksa dana yang diterbitkan beragam manajer investasi, mulai dari Ashmore Indonesia, Manulife Asset Management Indonesia, Schroders Indonesia, dan BNP Paribas Asset Management. 

Kamu juga bisa menjadwalkan pembelian reksa dana secara rutin, mulai dari harian, mingguan, hingga bulanan supaya tujuan keuanganmu lebih cepat tercapai dengan fitur Auto Invest. Di mana kamu bebas menentukan nilai top-up, frekuensi, serta jangka waktu pembelian rutin sesuai kebutuhan. 

Selain itu, kamu bisa mulai perjalanan investasi reksa dana tanpa modal besar mulai dari Rp10.000 hanya di Jenius! Jadi, sudah siap untuk mulai berinvestasi hari ini? 

Artikel lainnya