Waktu kecil dulu, saya sangat tertarik mendengar oleh-oleh cerita dari Bapak setelah pulang bertugas dari luar negeri. Cerita Bapak membuat keinginan traveling saya meningkat sehingga Bapak selalu bilang, “Suatu saat Kadek bisa merasakan sendiri pakai uang dan usaha Kadek sendiri ya.”
Kalimat itu terpatri di kepala saya. Hingga akhirnya, ketika saya kuliah di Yogyakarta, saya banyak menghabiskan waktu luang mengeksplor Jawa Tengah dan Jawa Timur untuk kemudian menuliskannya di blog pribadi dan Instagram. Secara konsisten saya telah melakukan itu sejak 9 tahun lalu yang justru membawa saya kepada pekerjaan impian sebagai travel blogger.
Namun, berkeliling ke berbagai tempat membuat saya selalu rindu akan “rumah” yang sebenarnya. Dengan pekerjaan yang bisa dibilang gak tetap atau freelance, pesimistis sering datang dengan pertanyaan, “Kapan bisa punya rumah ya?” Belum lagi masih banyak mimpi mengunjungi berbagai destinasi yang belum terwujud.
Timbul pertanyaan di benak saya, “Bagaimana cara agar saya bisa memiliki rumah tapi tetap bisa keliling dunia sebagai seorang travel blogger?”
Untuk itu, saya menerapkan tips-tips berikut sebagai langkah kecil untuk mewujudkan mimpi saya membeli rumah sekaligus tetap keliling dunia.
Buat saya, rumah adalah kebutuhan dasar manusia. Belajar dari pengalaman orang-orang yang ketika masih muda gak membeli rumah, nantinya saat sudah tua akan kesulitan membayar uang sewa rumah. Maka dari itu, ketika masih berada di usia produktif, saya mau memenuhi kebutuhan dasar dahulu agar tenang di hari tua nanti.
Saya menyadari bahwa pikiran pesimistis “gak bisa punya rumah” secara gak sadar memberi “limit” di mindset saya. Jadi, saya mulai menata kembali mindset dari dalam diri saya sendiri dan mengubahnya menjadi angle yang lebih optimistis/pasti, seperti:
Pertanyaan “Kapan ya punya rumah?” diganti dengan “5 tahun lagi saya punya rumah”.
Kalimat “Kayaknya gak mungkin lihat salju deh, soalnya mahal” diganti dengan “3 tahun lagi saya akan ke Jepang untuk melihat salju”.
na sesungguhnya, langkah awal yang paling sulit untuk mewujudkan mimpi adalah keluar dari garis limit tersebut. Maka dari itu, ketika sudah memiliki tujuan yang jelas maka mimpi bisa terasa semakin dekat dan lebih realistis.
Langkah selanjutnya adalah dengan membuat kata-kata tersebut gak berhenti di ucapan, tapi berlanjut jadi aksi. Karena mimpi itu gak bakal terwujud apabila hanya dibayangkan. Let’s get real!
Suatu hari saya pernah bermain fitur Q&A di Instagram yang saya isi dengan judul “Make assumption about me”. Ternyata hampir 50%-nya berasumsi bahwa saya adalah anak yang lahir dari keluarga kaya sehingga bisa pergi traveling keliling dunia di usia muda.
Saya hanya dapat tersenyum membacanya.
Ya, mungkin memang “image” traveling itu sendiri yang terlihat banyak menghabiskan uang dan gak mungkin bisa dicapai oleh perempuan usia awal 20-an. Padahal untuk bisa traveling ke sana kemari, saya perlu belajar mengelola keuangan dengan baik agar kebutuhan dan mimpi saya dapat berjalan beriringan.
Pertama, saya banyak memperkaya diri dengan mengikuti workshop tentang financial planning. Kemudian, saya memulai langkah kecil mewujudkan mimpi dengan mengevaluasi pendapatan dan pengeluaran. Lalu, saya memisahkan uang pendapatan ke dalam pos-pos keuangan yang sesuai dengan tujuan keuangan yang saya miliki—atau biasa disebut budgeting.
Cara budgeting yang paling mudah diikuti untuk pemula adalah 50% living, 30% saving, dan 20% playing. Ketika tanggal gajian, langsung pisahkan ke dalam pos-pos keuangan sesuai porsinya. Sebagai freelance yang memiliki gaji gak tetap, saya menerapkan sistem menggaji diri sendiri rutin setiap bulan dengan nominal rata-rata pendapatan selama satu tahun. Apabila ada lebih, langsung saya masukkan semuanya ke pos saving.
Apalagi Jenius punya fitur x-Card yang sangat membantu saya untuk memisahkan pos-pos keuangan karena satu rekening bisa memiliki beberapa kartu tanpa perlu buka rekening lain. Ketika sudah memiliki pos-pos keuangan, cash flow otomatis akan jadi lebih rapi.
Setelah punya pos keuangan, saatnya menentukan tujuan keuangan biar pos saving lebih terarah. Selain tujuan, perlu juga tentukan nominal dan jangka waktunya—misalnya DP rumah 30% dalam jangka waktu 5 tahun.
Kalau diibaratkan ingin pergi ke suatu tempat, destinasi adalah tujuan keuangan, mobil adalah kendaraan untuk mencapai tujuan tersebut, dan uang kita adalah bensinnya.Karena saya sudah punya destinasinya, kini saya tinggal mencari “mobil” untuk mencapai destinasi tersebut.
Maka saya mencoba belajar tentang berbagai jenis investasi dan mencari kendaraan investasi yang bisa memenuhi tujuan keuangan tersebut. Dan kemudian, saya akhirnya memilih berinvestasi di reksa dana untuk mengumpulkan dana beli rumah impian saya. Karena reksa dana adalah salah satu alternatif investasi yang cocok untuk pemula.
Secara pengertian, reksa dana adalah wadah tempat investor menitipkan uangnya kepada manajer investasi untuk kemudian diinvestasikan dengan tujuan mendatangkan return atau keuntungan untuk sang investor.
Setelah belajar mengenai reksa dana, ternyata banyak sekali jenis investasi reksa dana yang terbagi berdasar profil risiko. Profil risiko adalah tingkat toleransi kita sebagai investor yang memiliki dana atas kemungkinan terjadinya untung atau rugi dalam berinvestasi.
Adapun beberapa jenis investasi reksa dana berdasar profil risiko:
Profil Risiko Rendah (Konservatif)
Komposisi investasi yang disarankan: 50% Pasar Uang, 30% Obligasi Jangka Pendek, 20% Obligasi Jangka Panjang (return 2-4% per tahun).
Instrumen investasi yang bisa diambil: Deposito, Emas, Reksa Dana Pasar Uang.
Profil Risiko Sedang (Moderat)
Komposisi investasi yang disarankan: 30% Pasar Uang, 20% Obligasi Jangka Pendek, 25% Obligasi Jangka Panjang, 25% Ekuitas (return 4-8% per tahun)
Instrumen investasi yang bisa diambil: Reksa Dana Obligasi.
Profil Risiko Tinggi (Agresif)
Komposisi investasi yang disarankan: 10% Pasar Uang, 10% Obligasi Jangka Pendek, 30% Obligasi Jangka Panjang, 50% Ekuitas (return 1-20% per tahun).
Instrumen investasi yang bisa diambil: Investasi Saham, Reksa Dana Saham.
Profil risiko ini sangat penting untuk investor ketika memilih akan investasi di reksa dana yang mana. Semakin tinggi return-nya, semakin tinggi pula risikonya. Sebaliknya, jika return-nya rendah, risikonya juga cenderung rendah.
Kalau kamu mau tau apa profil risiko dan reksa dana yang cocok untukmu, kamu bisa memulai langkah kecil untuk berinvestasi reksa dana di Jenius. Saat pertama memulai, kamu akan diberikan beberapa pertanyaan untuk menentukan apa profil risiko dan jenis reksa dana yang tepat untukmu.
Anyway, setelah mengikuti kuis profil risiko di Jenius, ternyata saya memiliki profil risiko sedang atau moderat, sehingga saya memilih reksa dana obligasi untuk investasi dana traveling keliling dunia dan dana rumah impian.
Ketika usia saya 25 tahun, saya sudah memikirkan agar bisa memiliki hunian pertama di usia 30 tahun. Biasanya DP hunian adalah 30% dari harga rumah dan saat itu harga hunian yang saya incar seharga Rp1 miliar. Berarti saya perlu Rp300 juta untuk membayar DP rumah, sedangkan saat itu simpanan saya baru Rp50 juta.
Untuk mencari solusinya, saya mencoba menggunakan kalkulator investasi buat mengetahui jumlah yang harus saya investasikan setiap bulannya. Hasilnya, dalam jangka waktu 5 tahun, saya bisa mengumpulkan Rp300 juta dengan berinvestasi reksa dana sekitar sekitar Rp4,5 juta per bulan dengan rata-rata return 4,48% per tahunnya (berdasarkan keuntungan rata-rata produk reksa dana obligasi pilihan saya).
Dengan rutin top up Rp4,5 juta ke reksa dana, saya menetapkan tanggal pasti (biasanya 1-2 hari setelah gajian) setiap bulan untuk top up reksa dana sehingga konsistensi itu terus terjaga. Biasakan untuk menyisihkan porsi “saving” di awal, bukan menyisakan.
Selain itu, sebagai freelancer, apabila saya mendapatkan pekerjaan lebih banyak dari biasanya, lebihnya akan saya langsung investasikan ke reksa dana, sehingga tujuan keuangan akan tercapai lebih cepat dari jangka waktu 5 tahun.
Setelah konsisten dan rajin top up reksa dana setiap bulannya, akhirnya saya bisa mewujudkan mimpi memiliki hunian bertingkat di Jakarta 3 tahun lalu!
Di Jenius, investasi reksa dana kini bisa dimulai dari Rp10.000 saja. Untuk memulainya pun gak sulit, hanya tinggal buka halaman Investment di aplikasi Jenius.
Dalam jangka waktu 2 hari, saya sudah bisa mulai berinvestasi di reksa dana dan membuat portofolio sendiri. Karena reksa dana Jenius bisa diakses lewat smartphone, tentunya sangat mempermudah hidup saya sebagai travel blogger yang berpindah tempat karena saya bisa mengakses reksa dana dari mana dan kapan saja.
Nah, itu dia 7 tips berinvestasi di reksa dana yang bisa saya bagikan untuk menggapai mimpi saya. Dengan memiliki tujuan keuangan yang jelas dan memulai langkah kecil dengan berinvestasi reksa dana, saya jadi lebih mudah mewujudkan mimpi saya untuk tetap bisa traveling dan memiliki rumah impian.
Saya percaya gak ada yang gak mungkin. Asalkan ada niat, usaha, dan tetap konsisten.
Artikel ini ditulis oleh Kadek Arini, teman Jenius yang merupakan seorang travel blogger dan content creator. Cek artikel dari guest writer-guest writer lain pada laman Blog Jenius.
Ilustrasi pada artikel ini merupakan karya Lisa Saputra, teman Jenius yang merupakan freelance illustrator di Jakarta.